Jumat, 12 Desember 2008

I Ceker Cipak

Teman-teman.. banyak dongeng dari negeri kita yang amat menarik klu kita simak loh... Ini salah satu dongeng tulisanku yang telah diterbitkan di dalam buku 366 Cerita Rakyat Nusantara terbitan AdiCita Grup. Berikut ini cerita dari Bali yang menggambarkan keluhuran budi pekerti seorang pemuda. Zaman sekarang ini, apa masih ada ya orang seperti Ceker Cipak. Dia rela tidak kenyang demi teman-temannya....

I CEKER CIPAK

Dalam sebuah kitab disebutkan, dahulu di Pulau Dewata tinggal seorang pemuda bersama ibunya yang telah menjanda. I Ceker Cipak nama pemuda itu. Ia dan ibunya selalu memegang dharma, walaupun hidup dalam kekurangan.

Suatu hari, pagi-pagi benar Ceker Cipak berangkat ke kota. Dibawanya uang 200 kepeng beserta sebuah keranjang. Ia akan membeli jagung untuk dijualnya kembali. Pada tengah hari, Ceker Cipak sampai di sebuah kampung. Dilihatnya seseorang sedang menyiksa kucing. “Jangan dibunuh, Tuan. Jika rela, akan saya tebus dengan 50 kepeng,” kata Ceker Cipak. Setelah menyerahkan uang 50 kepeng, Ceker Cipak membawa kucing itu dan melanjutkan perjalananannya. Belum lama ia berjalan, ia melihat orang memukuli anjing karena telah mencuri telur. Ditebusnya anjing itu dengan 50 kepeng.

Ceker Cipak melanjutkan perjalanannya ditemani seekor kucing dan anjing. Sampailah ia di sebuah hutan lebat. Di hutan itu ia melihat beberapa orang sedang memukuli seekor ular yang telah membelit seekor bebek. Ceker Cipak amat kasihan melihatnya. Ditebusnya ular itu 50 kepeng, kemudian dimasukkannya ke dalam keranjang. Kedua orang yang memukuli ular itu amat heran. Mereka mengira Ceker Cipak telah gila, membeli seekor ular yang tak ada gunanya. Tak berapa lama kemudian, sampailah ia di persawahan. Dijumpainya orang-orang simpang siur mengejar tikus. Saat tikus tertangkap, dipukulinya beramai-ramai. Ceker Cipak menyeruak kerumunan dan menebus tikus itu 25 kepeng. Menjelang sore, Ceker Cipak sampai di pasar kotaraja. Uangnya yang tinggal 25 kepeng dibelikannya makanan untuk dirinya dan keempat binatang itu. Ia batal membeli jagung.

Orang-orang di pasar merasa heran melihat Ceker Cipak. Beberapa prajurit yang melihatnya segera melaporkan perihal Ceker Cipak kepada sang Raja. Ceker Cipak pun dipanggil ke istana. Ceker Cipak menceritakan tujuannya ke pasar kepada sang Raja. Raja yang baik hati itu kemudian meminta Ceker Cipak tinggal semalam di istana.

Malam telah larut. Seluruh penghuni istana terlelap dalam tidurnya. Tiba-tiba si Ular mendekati Ceker Cipak. “Tuanku yang berbudi luhur, besok saat pulang melewati jalan tadi, akan datang seekor ular besar. Ia adalah ibuku. Naga Gombang namanya. Ia akan memintaku. Tuan jangan takut, meski Naga Gombang sangat ganas, namun ia tidak dapat mengalahkan orang yang menjalankan dharma. Maka mintalah penebusku.,” kata ular tadi.

Keesokan harinya, Ceker Cipak berpamitan pada raja. Ia dibekali kain, uang, beserta 10 ikat jagung. Berjalanlah Ceker Cipak menempuh jalan semula. Sesampai di hutan belantara, tiba-tiba ia dihadang oleh seekor ular yang sangat besar. Ular itu menerobos hendak membelitnya. Cepat-cepat Ceker Cipak menghindar. “Hai, Ular Besar. Aku tidak menyakiti anakmu, bahkan telah menyelamatkannya. Jika tidak kamu tebus, maka aku tidak akan menyerahkannya,” kata Ceker Cipak.

“Wahai, Tuan Penolong. Ambillah cincin permata di ekorku sebagai penebusnya. Semua barang yang digosok cincin itu akan menjadi emas,” kata Naga Gombang.

Ceker Cipak mengambil cincin di ekor Naga Gombang, kemudian menaruhnya di ikat pinggang. Setiba di rumah, alangkah terkejutnya Ceker Cipak melihat ikat pinggangnya berubah menjadi emas. Ceker Cipak menceritakan semua pengalamannya. Ibunya amat berbahagia memiliki anak yang taat menjalankan dharma.

Kini, keluarga Ceker Cipak kaya berkat tuah cincin itu. Tikus, kucing, dan anjing peliharaan Ceker Cipak amat bersahabat. Ke mana pun Ceker Cipak pergi, ketiganya turut serta. Tiga binatang yang biasa bermusuhan, bisa bersahabat karena sifat baik Ceker Cipak.

Suatu hari, ibu Ceker Cipak memakai cincin itu saat menumbuk padi. Tiba-tiba cincin patah dan jatuh ke atas lesung. Jadilah lesung dan alu itu emas seluruhnya. Cincin yang patah itu pun dibawa ke tukang emas untuk diperbaiki. Rupanya tukang emas yang sudah mendengar tuah cincin itu ingin memilikinya. Ia segera membuat cincin yang sangat mirip. Saat Ceker Cipak mengambilnya, cincin palsulah yang diberikannya.

Ceker Cipak tak curiga sedikit pun. Sesampai di rumah, barulah ia tahu kalau cincin itu palsu. Ibunya merasa amat bersalah. Rumah itu diliputi kesedihan. Tikus, kucing dan anjing pun turut sedih.

Malam telah larut, ketiga binatang peliharaan Ceker Cipak itu keluar menuju rumah tukang emas. Sesampai di sana, kucing berjaga-jaga di pintu, dan anjing di tangga. Tikus segera masuk mencari cincin tuannya. Dengan ganasnya tikus melubangi peti tempat penyimpanannya. Menjelang pagi, cincin itu sudah berada di mulut tikus. Ketiganya berjalan berjajar.

Hari telah pagi. Ceker Cipak amat cemas karena ketiga binatang kesayangannya tak ada di rumah. Saat itulah tikus, kucing, dan anjing datang. Ceker Cipak segera menyambutnya dengan gembira. Apalagi tikus memberikan cincinnya yang asli.

Suatu siang, Ceker Cipak menghadap sang Raja untuk mengucapkan terima kasih atas kebaikan sang Raja. Sesampai di istana raja, Ceker Cipak yang terlihat bersih dan tampan itu diterima dengan senang hati oleh sang Raja. Bahkan, beberapa waktu kemudian ia dinikahkan dengan Ni Seroja, putri sang Raja. Ceker Cipak pun hidup berbahagia. Itulah hadiah bagi orang-orang yang taat menjalankan dharma.

Kepeng : satuan mata uang besi pada zaman Majapahit.

Dharma : kebenaran atau kewajiban dalam agama Hindu.

Tidak ada komentar: