Moral Dongeng Rangsang Kecerdasan Spiritual Anak
Rabu, 10 Desember 2008 | 19:04 WIB
JAKARTA, RABU — Tokoh pendidik dan pemerhati anak, Seto Mulyadi atau yang akrab dipanggil Kak Seto, mengatakan, pendidikan moral yang terkandung dalam setiap dongeng dan cerita rakyat dapat merangsang kecerdasan emosional dan spiritual anak.
"Jadi jangan abaikan dongeng! Orangtua yang baik akan menyempatkan waktu untuk mendongeng untuk anak-anaknya. Pendidikan moral yang terkandung dalam dongeng begitu lengkap," kata Seto Mulyadi dalam acara peluncuran buku dongeng anak berjudul 366 Cerita Rakyat Nusantara di
Menurut Seto, jika dongeng terbiasa disampaikan kepada anak-anak, mereka terbiasa pula membedakan sifat jahat dan sifat baik yang terkandung dalam dongeng. Sifat jahat selalu dikalahkan sifat baik yang diperankan tokoh-tokoh pada dongeng itu. "Pada gilirannya pesan moral yang terkandung dalam dongeng akan merangsang kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual anak," katanya.
Seto melanjutkan, mendongeng juga merupakan jembatan komunikasi yang paling baik antara orangtua dan anak sejak dini. Untuk itulah Seto menyarankan para orangtua menyempatkan waktu untuk mendongeng buat anak-anaknya.
Terkait dengan buku setebal 1.008 halaman yang diterbitkan Adicitra Grup, Seto menilai bahwa multikulturalisme seperti yang ditunjukkan pada cerita rakyat Nusantara itu perlu ditumbuhkan agar terciptanya ketahanan nasional di masa mendatang.
"Cerita rakyat justru dimaksudkan untuk menghilangkan ego etnosentrisme. Jangan menganggap suku A lebih unggul dari suku lainnya. Dongeng bisa menanamkan cinta Tanah Air sejak dini," kata Seto.
Buku 366 Cerita Rakyat Nusantara disusun oleh Mahyudin Al Mudra yang juga hadir saat peluncuran buku seharga Rp 650.000 itu. Dia menjelaskan, cerita rakyat yang terdapat dalam buku itu tidak lepas dari legenda, mitos, atau dongeng yang semuanya mengandung nilai-nilai, budi pekerti, kesetiakawanan, persahabatan, dan bahkan bela negara.
Edisi pertama buku ini menekankan pada pendidikan multikultur yang tecermin dari beragam cerita rakyat Nusantara di dalamnya. Mahyudin mengungkapkan,
"Keberagaman ini satu potensi jika kita mampu mengolahnya. Akan tetapi, itu sekaligus ancaman jika tidak pandai-pandai mengolahnya. Maka lewat buku ini anak-anak diharapkan memahami keberagaman dan tidak terjebak pada sukuisme yang sempit. Buku ini juga mengajarkan pada anak untuk terbiasa berbeda pendapat," papar Mahyudin.
Mahyudin mengaku menyusun buku setebal 1.008 halaman itu selama 3,5 tahun. Karena tebalnya buku cerita rakyat itu, Museum Rekor Dunia-Indonesia (Muri) mencatatnya sebagai buku cerita Nusantara tertebal untuk saat ini.
Mengenai mahalnya buku, Seto berharap adanya CSR beberapa perusahaan yang tergerak hati membeli buku cerita itu untuk disumbangkan ke sekolah-sekolah dasar. "Setidak-tidaknya satu sekolah memiliki satu buku ini," katanya.
Sumber: http://www.kompas.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar